Rupiah Terhuyung: Bayang-Bayang Krisis 1998 Menghantui?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3337099/original/045821000_1609328706-20201230-Rupiah-Ditutup-Menguat-8.jpg)
Beritajitu.net Mudah-mudahan selalu ada harapan di setiap hati. Kini mari kita ulas Economy, News, Indonesia, Dunia yang sedang populer saat ini. Artikel Yang Fokus Pada Economy, News, Indonesia, Dunia Rupiah Terhuyung BayangBayang Krisis 1998 Menghantui Simak baik-baik setiap detailnya sampai beres.
Table of Contents
Pada tanggal 4 April 2025, pengamat ekonomi dari Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, memberikan pandangannya mengenai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ia menyoroti bahwa pelemahan rupiah yang terjadi secara bertahap berbeda dengan krisis 1998.
Ronny menjelaskan bahwa pelemahan rupiah saat ini, meskipun terkesan disengaja oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) secara bertahap sekitar Rp500 per tahun, memiliki tujuan tertentu. Salah satunya adalah meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar internasional. Dengan rupiah yang lebih lemah, produk ekspor menjadi lebih kompetitif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan penerimaan pajak negara.
Selain itu, pelemahan rupiah juga dapat menarik investasi langsung ke Indonesia. Harga saham, suku bunga, dan biaya tenaga kerja dalam denominasi dolar menjadi lebih menarik bagi investor asing.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar.
Ronny menekankan perbedaan signifikan antara kondisi saat ini dan krisis 1998. Saat itu, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh pelemahan rupiah secara drastis. Cadangan devisa hampir habis, sementara pemerintah dan korporasi harus memenuhi kewajiban pembayaran utang luar negeri dan kebutuhan impor. Akibatnya, pemerintah terpaksa meminjam dana dari IMF dengan syarat yang berat.
Saat ini, cadangan devisa Indonesia berada dalam kondisi yang jauh lebih baik. Menurut standar IMF, cadangan devisa yang cukup harus mampu menutupi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri selama tiga bulan. Cadangan devisa Indonesia saat ini mampu bertahan hingga enam bulan.
Lebih lanjut, sektor perbankan saat ini lebih kuat dan tidak mengalami tekanan likuiditas seperti pada tahun 1998. Bank Indonesia juga telah mengambil berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk intervensi di pasar valuta asing dan penyesuaian suku bunga.
Meskipun demikian, Ronny mengingatkan bahwa ada beberapa ancaman yang perlu diwaspadai, seperti meningkatnya biaya hidup dan stagnasi pendapatan. Kenaikan harga barang dan jasa yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan dapat mengurangi daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.
Banyak individu di kelas menengah yang mulai mengandalkan tabungan mereka untuk bertahan hidup karena tekanan ekonomi. Jika kondisi ini berlanjut, maka daya beli masyarakat akan semakin melemah dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Secara keseluruhan, Ronny menekankan bahwa meskipun ada pelemahan mata uang, faktor-faktor yang mendasarinya sangat berbeda dengan krisis 1998. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih stabil.
Pelemahan rupiah saat ini lebih merupakan respons terhadap kebijakan moneter ketat dari Amerika Serikat, di mana The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, sehingga banyak investor menarik dananya dari negara berkembang dan kembali ke aset berbasis dolar.
Demikianlah rupiah terhuyung bayangbayang krisis 1998 menghantui telah saya bahas secara tuntas dalam economy, news, indonesia, dunia Semoga informasi ini dapat Anda bagikan kepada orang lain selalu berpikir kreatif dalam bekerja dan perhatikan work-life balance. , silakan share ke rekan-rekan. Sampai jumpa lagi
✦ Tanya AI